Jakarta - Warga pangkalan kerinci, kabupaten Pelalawan, Riau mengalami kebingungan pada 8 Maret 2016. Lantaran mendadak isi rekening bankMandirinya meningkat hingga nyaris mencapai Rp 100 triliun usai melakukan transaksi menyetor uang tunai Rp 250 ribu.
Pengakuan Tomedy, uang awal yang ada di rekeningnya tak sampai Rp 500 ribu. "Ini saya lagi konsultasi dengan keluarga, bagaimana cara selanjutnya," ujar Tomedy, dikonfirmasi wartawan dari Pekanbaru, Jumat (11/3/2016).
Kejadian ini bukan pertama kali dialami oleh nasabah bank Mandiri. Pada Agustus 2015, dua orang nasabah Bank Mandiri cabang Bengkulu mengaku kehilangan uang mereka masing-masing sebesar Rp 49 juta dari rekening tabungannya.
"Saya biasa bertransaksi melalui sms banking dan saat cek saldo, uang saya berkurang Rp 49 juta," kata Firdaus, nasabah Bank Mandiri yang sudah melaporkan kasus ini ke Polda Bengkulu, seperti mengutip Antara.
Ia mengatakan, hilangnya uang dari rekening tabungan terjadi pada 15 Juni lalu, saat melakukan transaksi non tunai yakni mentransfer dana sebesar Rp 8 juta.
Setelah transaksi, ia justru mendapat laporan keberadaan arus transaksi dari rekeningnya ke rekening bank lain yakni BTN sebesar Rp 49 juta. Dana tersebut dikirim ke seseorang pemilik rekening BTN bernama Ristomatila yang berdomisili di Bali. "Padahal saya tidak pernah mengenal orangnya dan tidak pernah transfer dana itu," tegas dia.
Mengetahui kejanggalan tersebut, Firdaus langsung menghubungi pihak bank Mandiri dan melaporkan kejadian itu.
Memang usai melaporkan kejadian tersebut, dana sebesar Rp 49 juta kembali masuk ke rekeningnya. Namun sayang, dana tersebut tak bisa ditarik.
Keganjilan terjadi saat memeriksa saldo melalui sms banking, Firdaus justru menemukan dana sebesar Rp 100 triliun terdapat dalam rekeningnya.
Pengamat Teknologi Informasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo menuturkan ada sejumlah kemungkinan terjadi kesalahan dalam transaksi di bank. Ia menyebutkan, pertama kemungkinan keliru sistem engineering dari sisi design awal. Kedua, human error.
"Teknologi itu ada sejumlah aspek bisa dari proses, manusia dan teknologi. Mestinya ada verifikasi dan validasinya," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat pekan ini.
Ia menambahkan, bila terjadi kesalahan program di sistem kemungkinannya kecil. Lantaran kalau terjadi kesalahan program maka sebagian besar nasabah juga dapat mengalami hal sama. "Ini satu orang saja yang mengalami kesalahan ada salah di sistem kemungkinan kecil," ujar dia.
Agung menuturkan, ada juga berkaitan dengan proses bagaimana mekanisme memasukkan suatu transaksi di bank. Karena itu, dalam proses tersebut perlu verifikasi. Kemudian, human error. Agung menuturkan, ada juga kemungkinan human error ketika memasukkan data.
"Ada kaitannya dengan memasukkan data. Kemungkinan ini ada kekeliruan di proses danpeople," kata dia.
Melihat ada terjadi beberapa kekeliruan dalam transaksi di bank, Agung menuturkan bank juga melakukan pengecekan dan menyaring dari sisi jumlah. Selain itu, Agung menambahkan bank juga harus memiliki standar operational producer (SOP) sistem teknologi informasi dari internal lebih baik untuk mengurangi risiko dan menciptakan nilai lebih baik.
Sementara itu, Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan, sebenarnya deretan angka 9 hingga nominalnya mencapai triliunan tersebut diawali dengan tanda minus (-). Hal ini wajar terjadi pada rekening yang tengah diblokir oleh pihak bank.
"Sebenarnya tidak ada yang janggal. Itu sebenarnya minus tak terhingga, itu jadinya -99999 sampai memenuhi digit yang memungkinkan. Hal ini terjadi kalau rekening tersebut dalam posisi terblokir," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.
Dia menjelaskan, sebenarnya kejadian seperti ini bukan pertama kali terjadi. Pasalnya setiap nasabah yang rekeningnya diblokir pasti mengalami hal yang sama. Namun biasanya nasabah tersebut langsung melaporkan kepada pihak bank dan mendapatkan penjelasan apa yang sebenarnya terjadi.
"Mungkin tanda negatifnya tidak tertera jelas, sehingga tidak kelihatan. Kalau diblokir pasti begitu, dari sistemnya seperti itu. Masa muncul tulisan diblokir, kan nggak enak juga. Biasanya nasabah langsung lapor, nanti kita jelaskan," lanjut dia.
Mengenai latar belakang Bank Mandiri melakukan blokir terhadap rekening atas nama Tomedy ini, Rohan menyatakan tidak bisa menjelaskan secara detail karena ini merupakan kerahasiaan nasabah. Sesuai dengan aturan yang berlaku, pihak bank wajib menjaga kerahasiaan nasabahnya. "Sebelum dia setor uang, rekeningnya sudah terblokir.
dikutip dari liputan6.com
0 Response to "Kenapa Saldo Nasabah Mandiri di Pangkalan Kerinci Mendadak Jadi Rp 100 Triliun?"
Posting Komentar